Pada hari kamis, 21 November 2024, sebanyak 34 orang calon wisudawan STAHN Japa mengikuti persembahyangan dan upacara samawartana di pura Widya Dharma yang berada di Kampus Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Jawa Dwipa Klaten. Acara ini dihadiri juga oleh civitas akadamika STAHN Japa. Acara dimulai pukul 08:30 dengan rangkaian acara antara lain yang pertama nganteb banten yang diiringi dengan kekidungan, lalu dilanjutkan dengan persembahan tari gambyong oleh saudari Dinda Paramita dan Santi Mudita Sari dan kemudian di lanjutkan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh Romo Pinandita Sutoyo S. Sos.
–
–
Acara tersebut dipandu oleh Reffy Frizta Dianti selaku pembawa acara. Adapun susunan acara setelah persembahyangan samawartana yaitu berupa pembacaan Weda Wakya yang dibawakan oleh saudari/mahasiswa Yuniati Risa Ningrum dan Erita Putri Mahardika sebagai penerjemah sloka.
–
Berikutnya adalah laporan ketua panitia yang disampaikan oleh Gede Agus Siswadi, M.Pd., M.Phil, beliau sedikit mengulas mengenai upacara samawartana, dimana beliau mengatakan bahwa upacara ini dilakukan untuk mengakhiri masa brahmacari dan mulai mengabdi di lingkungan masyarakat. Beliau juga mengatakan bahwa Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Jawa Dwipa Klaten ini sebagai garbha, suatu lembaga yang melahirkan mahasiswa mahasiswi yang berprestasi dan berkualitas.
Dilanjutkan Sambutan berikutnya yang disampaikan oleh Prof. Dr. Drs .Ida Bagus Gede Candrawan,M.Ag selaku ketua STAH Negeri Jawa Dwipa. Dalam Sambutannya, beliau memberikan motivasi kepada para dosen dan mahasiswa serta meminta agar para alumni dapat selalu berkomunikasi serta berkontribusi dengan kampus.
–
Kita sebagai manusia yang merupakan suatu bagian dari masyarakat, sudah seharusnya kita berbaur dengan individu lain di lingkungan masyarakat tanpa memandang perbedaan agama. Seperti yang disampaikan oleh Prof. Dr.Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M. Ag, dalam salah satu hasil rakornas yang menyatakan bahwa
–
Lalu penyampaian pesan dharma yang disampaikan oleh Drs. I Nyoman Warta,M.Hum. Yang mana dalam pesan dharmanya menyampaikan bahwa “upacara samawartana ini sama halnya dengan pradaksina dan prasawya, yang merupakan suatu prosesi memutar sebuah benda (objek) ke arah kanan (pradaksina) maupun ke arah kiri (prasawya)”
–
Beliau juga menambahkan pendapat dari seorang filsuf yang bernama Plato. Dimana plato mengatakan bahwa, “ilmu pengetahuan seseorang tidak dapat diukur dari suatu hasil penelitian”. Tetapi jika seseorang mampu memancarkan sang jiwa yang ada didalam diri, menyatu dengan Brahman, kemudian masuk ke dalam budi pekerti, itulah yang dikatakan ilmu kesemestaan. Setelah mendengarkan wejangan / Weling yang di sampaikan melalui Dharma Wacana, acara diakhiri dengan makan prasadam bersama sama oleh civitas akademika STAHN Jawa Dwipa.
–
Upacara Samawartana dalam ajaran agama Hindu dapat diartikan sebagai upacara mengakhiri masa Brahmachari, atau dapat dikatakan sebagai upacara kelulusan atau wisuda bagi yang telah menyelesaikan studi (pendidikan) secara spiritual. Setelah selesai persembahyangan dilanjutkan suatu upacara yaitu gugur gunung dimana para mahasiswa menghaturkan sungkem kepada para bhatara yang melinggih di padmasana(bangunan suci) dan arca suci secara bergantian, sebagai wujud rasa bhakti terakhir (ucapan selamat tinggal).
–
Penulis: Cantika Sekar larasati
Penyunting: Priska Sarasvati
Dokumentasi: Bima Adi Pratama