Yogyakarta, Samacarapers -Bertempat di Pura Sanatanagama Universitas Gadjah Mada pada hari sabtu 12 April 2025 Purnama Kadasa telah digelar Purnama Siddhi dengan kegiatan persembahyagan Bersama dan Dharma tula. Kegiatan ini merupakan Langkah awal Pura Kampus menjadi ruang diskusi keumatan di samping sebagai tempat ibadah umat hindu. Acara ini dihadiri oleh beberapa elemen seperti akademisi baik dosen maupun mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada, STAHN Jawa Dwipa dan Alumni UGM.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pura Kampus UGM, berkolaborasi dengan Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma UGM, STAHN Jawa Dwipa, dan Parahyangan Institute. Kegiatan Purnama Siddhi perdana ini bertema “Spiritualitas dan Ruang Literasi.” Acara ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman spiritual serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari.
Acara Purnama Siddhi ini dibuka oleh Guru Besar UGM sekaligus Pengempon Pura Sanatagama, Prof. Ir. Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D. Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi bersama yang menghadirkan dua pembicara, yaitu Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M.Ag., Ketua STAHN Jawa Dwipa, dan Drs. Pande Made Kutanegara, M.Si., Ph.D., Dosen Antropologi UGM. Diskusi ini dimoderatori oleh Gede Agus Siswadi, perwakilan dari Parahyangan Institute dan juga Dosen STAHN Jawa Dwipa.

Konsep Tri Mandala di Pura, menurut Ida Bagus Gede Candrawan, membagi bangunan pura menjadi tiga bagian: Nista Mandala, Madya Mandala, dan Utama Mandala. Pembagian ini mencerminkan hierarki spiritual dan fungsional, di mana setiap mandala memiliki peran dan makna yang berbeda dalam konteks keagamaan dan budaya.
Ida Bagus Gede Candrawan mengingatkan bahwa fungsi pura tidak hanya sebagai tempat atau bangunan suci untuk sembahyang, tetapi juga sebagai ruang untuk berdiskusi. Hal ini menunjukkan bahwa pura memiliki peran yang lebih luas dalam kehidupan masyarakat, sebagai pusat interaksi sosial dan pertukaran ide, di samping fungsi spiritualnya.
Pernyataan tersebut sejalan dengan penjelasan Pande Made Kutanegara mengenai fungsi pura dari berbagai aspek sosial, religius, dan budaya. Ia menyatakan bahwa “pura tidak hanya berfungsi sebagai tempat spiritual atau sebagai penghubung antara manusia dengan Tuhan, tetapi juga sebagai ruang untuk menjalin hubungan antar manusia.” Komunikasi dan edukasi yang berlangsung di dalam pura bukanlah hal yang asing dalam peradaban Indonesia, terutama jika kita melihat makna yang terkandung dalam relief candi Hindu yang berkembang di Jawa Tengah.

Diselenggarakannya kegiatan Dharma Tula pada saat Purnama di Pura diharapkan dapat menjadi pemicu komunikasi antar umat dalam memahami kehidupan, baik secara ilmiah maupun spiritual. Kombinasi antara pengetahuan para widya (ilmu pengetahuan rohani) dan apara widya (ilmu pengetahuan duniawi) diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih luas mengenai relevansi pengetahuan agama dengan kehidupan yang semakin terteknologisasi.
Penulis: Reffy
Penyunting: Dharmayasa
Astungkara sampun labda karya Purnama Kedase ring Pura UGM.
Dumogi sareng sami setate nemu kerahayuan lan kesukertan🙏
Bagaimana cara kegiatan ini bisa memperkuat pemahaman spiritual dan meningkatkan kesadaran literasi?
Acara Purnama Siddhi ini sangat menarik dan memberikan wawasan baru tentang pentingnya spiritualitas dan literasi. Kolaborasi antara berbagai institusi seperti UGM, STAHN Jawa Dwipa, dan Parahyangan Institute menunjukkan semangat kebersamaan dalam memajukan pemahaman rohani. Konsep Tri Mandala yang dibahas oleh Ida Bagus Gede Candrawan memberikan perspektif mendalam tentang struktur dan fungsi pura. Diskusi ini juga mengingatkan kita bahwa pura bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat interaksi sosial dan budaya. Bagaimana konsep Tri Mandala dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk memperkuat hubungan sosial dan spiritual?