Sabtu, 12 Juli 2025, Kelompok Kerja Penyuluh Hindu Provinsi Jawa Tengah telah melaksanakan kegiatan Ekoteologi Penyuluh Agama Hindu yang bertempat di Pura Pitamaha, Karanganom, Klaten Utara, Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka peringatan Tumpek Uye dan penguatan nilai-nilai Tri Hita Karana. Selain itu, kegiatan ini merupakan aksi nyata para penyuluh dalam menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan, yang juga merupakan bagian dari program nasional Green Dharma dan Ekoteologi Hindu.

Acara ini dipandu oleh RTA Wahyu Sri Pamungkas sebagai Master of Ceremony (MC) dan dihadiri oleh beberapa pemangku/pinandita dari Kabupaten Klaten serta tokoh-tokoh lembaga keagamaan Hindu, seperti Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si selaku Dirjen Bimas Hindu RI, Pembimas Hindu Kakanwil Jawa Tengah Bapak Eko Pujianto, S.Ag, Ketua PHDI Kabupaten Klaten Bapak Suparman, dan Ketua STAHN Jawa Dwipa Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M.Ag. Selain itu, beberapa tokoh lembaga lainnya juga hadir, serta umat dan mahasiswa STAHN Jawa Dwipa yang turut meramaikan acara tersebut.


Kegiatan ini mengusung tema “Bakti untuk Bumi, Cinta untuk Semua Makhluk” yang bertujuan untuk menyambut Tumpek Uye, yaitu hari kasih sayang terhadap satwa dan alam, sebagai bentuk implementasi nilai-nilai Tri Hita Karana. Acara dimulai dengan pembukaan oleh MC, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, pembacaan doa, sambutan dari Dirjen Bimas Hindu RI, serta pelepasan satwa yang dalam hal ini disimbolkan dengan burung perkutut. Selanjutnya, terdapat pengantar dari Pembimas Kakanwil Jawa Tengah, diakhiri dengan penutup dan sesi foto bersama.
Dalam kegiatan ini, I Nengah Duija selaku Dirjen menyampaikan bahwa, “Kita sering menggunakan konteks teologi dalam keharmonisan, yaitu Tri Hita Karana. Di mana kita tidak hanya menjaga keharmonisan dengan sesama manusia, tetapi juga dengan Tuhan dan alam, termasuk di dalamnya satwa dan tumbuhan.”

Sedangkan dalam pengantarnya, Eko Pujianto selaku Pembimas Jawa Tengah menyampaikan bahwa, “Penyuluh harus berdampak. Yang dulunya biasa-biasa saja, sekarang tidak boleh biasa-biasa saja; harus berdampak bagi umat. Jangan sia-siakan fasilitas yang sudah diberikan oleh negara ini.”

Setelah pernyataan tersebut, Eko meminta Nengah Duija untuk memberikan pemantapan kepada para penyuluh yang telah hadir. Dalam pemantapan tersebut, Dirjen menyampaikan bahwa penyuluh berasal dari kata “suluh,” yang berarti penerang. Oleh karena itu, seorang penyuluh harus mampu menerangi, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi umat. Selain itu, seorang penyuluh harus memiliki empat hal, yaitu materi, komunikasi, metode, dan pengabdian. Materi yang dimaksud adalah seorang penyuluh hendaknya memperhatikan dengan siapa mereka akan menyampaikan materi. Jangan memberikan materi yang terlalu tinggi kepada anak-anak dan orang tua; sesuaikan apa yang akan disampaikan dengan sumber daya manusia yang akan dihadapi.

Setelah pemantapan tersebut, seorang tokoh umat di Klaten, Sumarwoto, juga menyampaikan keresahan umat kepada para penyuluh. Ia mengungkapkan bahwa selama ini penyuluh dianggap tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya. Contohnya, ketika ada upacara pitra puja (kematian) di rumah umat, tidak ada penyuluh yang datang untuk mendampingi, padahal undangan sudah disebarkan. Hal ini pun mendapat tanggapan dari Bapak Dirjen Bimas Hindu RI, yang menyatakan bahwa penyuluh harus selalu hadir dalam upacara mewali maupun pujawali untuk memberikan pendampingan kepada umat, tegasnya.
Acara ini tidak hanya merayakan Tumpek Uye sebagai hari kasih sayang terhadap satwa dan alam, tetapi juga menekankan pentingnya peran penyuluh dalam menjaga keharmonisan antara manusia, Tuhan, dan alam. Melalui pemantapan yang disampaikan oleh para tokoh, termasuk Dirjen Bimas Hindu RI, diharapkan penyuluh dapat lebih berdampak dan responsif terhadap kebutuhan umat. Kegiatan ini menjadi momentum penting untuk meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab penyuluh dalam menjalankan tugas mereka demi kesejahteraan umat.
Penulis: Ika Safitri
Dengan ini semoga bumi, makhluk hidup dan sumberdaya damai selalu