Kebertuhanan di Tengah Dunia yang Terteknologisasi STAHN Selenggarakan Seminar Nasional Teksnospiritual

Kebertuhanan di Tengah Dunia yang Terteknologisasi STAHN Selenggarakan Seminar Nasional Teksnospiritual

(Klaten, 15 Juli 2025) – Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Jawa Dwipa sukses menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Teksnospiritual: Pemaknaan Kebertuhanan di Tengah Dunia yang Terteknologisasi” pada Selasa (15/7/2025) di Banyoe Oerip Resto, Klaten. Acara yang dihadiri 60 peserta dari kalangan internal STAHN dan komunitas pemuda Hindu di Jogja, Klaten, serta Solo ini dibuka oleh Wakil Ketua I STAHN, Drs. Nyoman Warta, M.Hum., yang menegaskan komitmen institusi untuk terus mengadakan program serupa tiap tahun.

Dua narasumber ahli dihadirkan untuk mengupas tema: Prof. Drs. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Ph.D of Arts (Guru Besar Filsafat UGM) dan Dr. Nanang Sutrisno, S.Ag., M.Si. (Dosen Ilmu Budaya Universitas Udayana). Prof. Mukhtasar dalam paparannya menggunakan pendekatan filosofis fenomenologis menyatakan bahwa teknologi bukan penghalang spiritualitas, melainkan alat yang perlu disikapi secara reflektif. Sementara Dr. Nanang melalui kacamata antropologi mengingatkan paradoks teknologi yang mempermudah hidup sekaligus berpotensi membelenggu kebebasan spiritual.

Diskusi dipandu moderator Lingga Dharmayasa dengan fokus pada dialektika teknologi dan religiusitas. Sebelumya Ketua Panitia Gede Agus Siswadi, S.Pd., M.Phil. dalam laporannya menekankan bahwa teknologi telah mengubah pola interaksi manusia dengan Tuhan, menciptakan pemaknaan baru yang perlu dikritisi. Peserta seminar yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan aktivis muda pun antusias menanggapi dengan pertanyaan kritis, mulai dari ancaman artificial intelligence dalam ritual keagamaan hingga strategi generasi muda menghindari pragmatisme digital.

Seminar mencapai puncaknya ketika kedua narasumber menjawab tantangan peserta terkait praktik spiritual di era post-religius dan dampaknya pada masyarakat non akademisi. Prof. Mukhtasar menyarankan pendekatan intentionalitas reflektif, sedangkan Dr. Nanang mengajak audien mencermati tren “spiritualitas baru” yang muncul dari interkoneksi teknologi dan kebertuhanan. Keduanya sepakat bahwa kesadaran kritis terhadap determinasi teknologis menjadi kunci mempertahankan esensi pemaknaan tentang kebertuhanan.

Acara ditutup dengan foto bersama dan pemberian cenderamata kepada narasumber oleh panitia. Seminar ini tidak semata membuka sebuah wawasan akademik d lingkungan kampus namun juga menjadi strategi penting bagi STAHN Jawa Dwipa dalam memfasilitasi dialog diskursif tentang masa depan spiritualitas, keberagamaan di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang dinamis dan progresif.

Samacara tim

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *