Senin 12 Mei 2025/ Purnama Desta pukul 15.30-21.00 WIB, Pura Sanatanagama Universitas Gadjah Mada (UGM) menggelar Pujawali Piodalan yang organisir oleh Pengempon Pura Sanatanagama UGM beserta civitas akademika Hindu UGM. Acara ini juga dihadiri oleh Dirjen Bimas Hindu Republik Indonesia, Prof. Dr. I Nengah Duija, serta Ketua Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri (STAHN) Jawa Dwipa dan civitas akademika lainnya.
Rangkaian acara Piodalan Pura Sanatanagama dimulai sejak 9 Mei 2025 dan mencapai puncaknya pada Purnama Desta, 12 Mei 2025. Pada puncak acara, Pengempon Pura UGM bersama KMHD UGM, STAHN Jawa Dwipa, dan Parahyangan Institute mengorganisir Dharma Tula, yang merupakan agenda rutin setiap Purnama, selanjutnya disebut Purnama Sidhi. Ini merupakan pertemuan kedua setelah Purnama Kadasa pada 12 April 2025. Kegiatan ini dilaksanakan di Kompleks Rumah Ibadah Universitas Gadjah Mada, Pura Sanatanagama.

Dharma Tula dihadiri oleh Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI, Prof. Dr. I Nengah Duija, yang menjadi narasumber, dan dimoderatori oleh I Gusti Agung Ayu Diah Candra Maheswari, Mahasiswa UGM. Acara ini dibuka dengan sambutan dari Anak Agung Ari Dwipayana, salah satu Pengempon Pura UGM, yang berharap Dharma Tula ini dapat ditularkan ke daerah-daerah di seluruh Indonesia sebagai diskursus antara pengetahuan rohani dan duniawi. Dalam materinya, I Nengah Duija menegaskan bahwa Pura Kampus secara intrinsik berbeda dengan Pura Umum karena dikelilingi oleh kegiatan akademis yang memperkuat identitas dan melahirkan intelektual baru dari pura. Selain itu, dialog antara pengetahuan yang bersifat duniawi dan spiritual menjadi penting dalam mendiskusikan manusia seutuhnya, yang dalam Hindu disebut Parawidya dan Aparawidya. Oleh karena itu, Duija mempromosikan bahwa pengetahuan yang dikembangkan di Gadjah Mada dapat berkolaborasi dengan Jawa Dwipa sebagai amunisi semangat kemanusiaan.


Setelah Dharma Tula, acara dilanjutkan dengan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh dua sulinggih, Ida Nabe Shri Bhagawan Istri Lakhsmi Ratu Manik dan Ida Sri Bhagawan Dalem Acarya Mahakerti Wira Jagat Manik. Sebelumnya, Prof. Ir. Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., Ph.D., sebagai Ketua Pengempon Pura, mengapresiasi kerja keras yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam mensukseskan Piodalan tahun ini sebagai wujud bakti. Persembahyangan Piodalan ini dimeriahkan oleh berbagai persembahan Banten, seni tari, musik, dan kekidungan, yang menunjukkan perpaduan dua kebudayaan Jawa dan Bali yang saling berbaur.



Sebelum persembahyangan dimulai, Dharma Wacana disampaikan oleh Ketua STAHN Jawa Dwipa, Prof. Ida Bagus Gede Candrawan. Dalam kesempatan ini, Candrawan mengingatkan bahwa kegiatan Piodalan merupakan cerminan rasa bakti manusia kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang tercermin dalam konsep catur marga dalam Hindu, yaitu empat jalan atau metode untuk mencapai pembebasan spiritual. Empat jalan tersebut antara lain Bhakti Marga, Karma Marga, Jnana Marga, dan Raja Marga. Ia menekankan bahwa jalan mana pun yang dipilih adalah jalan menuju Tuhan. Pilihan untuk mengarahkan Pura Kampus sebagai wadah diskusi intelektual merupakan cerminan dari Jnana Marga, sedangkan Piodalan merupakan wujud Bhakti Marga.


Acara piodalan ditutup dengan nunas/ memohon air suci dan menikmati prasadam bersama, menandai akhir dari rangkaian kegiatan yang penuh makna dan spiritual ini. Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana ritual, tetapi juga sebagai proses eksplorasi keagamaan dalam Jnana Marga, sesuai dengan tujuan Pura Kampus UGM sebagai ekspresi keberagamaan dan pengembangan spiritualitas civitas akademika.