Jawa Dwipa, 15 Maret 2025 – Samsara Institute bersama UKM Pers STAHN Jawa Dwipa melaksanakan Seminar Nasional dengan tema “Memaknai Nyepi di Era Antroposen.” Acara berlangsung selama tiga jam, dari pukul 08.00 hingga 11.00, melalui platform Zoom.
Seminar dibuka oleh MC Reffy Frizta Dianti, mahasiswa semester 6, dan dipandu oleh moderator Gede Agus Siswadi, S.Pd., M.Pd., M.Phil (Director of Samsara Institute). Acara ini menghadirkan beberapa pembicara, yaitu Keynote Speaker: Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si (Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI), dan Narasumber: Drs. I Ketut Donder, M.Ag., Ph.D (Teolog Hindu, UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar).
Acara ini resmi dibuka oleh Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M.Ag (Ketua STAHN Jawa Dwipa), yang memberikan sambutan mengenai pentingnya pengembangan seminar ini tidak hanya pada saat ini, tetapi juga untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan pembicara kunci, yaitu Prof. Dr. Drs. I Nengah Duija, M.Si (Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama RI), yang menyampaikan materi berjudul “Tiga Tahap Perkembangan Pemikiran Manusia.” Menurut Prof. Dr. C.A. Peursen, terdapat tiga tahap, yaitu:
- Alam ini dimaknai sebagai hal yang melingkupi kehidupan manusia dan tidak dapat diatur atau dipahami sepenuhnya (materi).
- Manusia mulai menjaga jarak dari semua yang mengitarinya.
- Manusia tidak begitu terpesona lagi dengan lingkungannya (sikap mitis).

Selanjutnya, pembicara kedua, Drs. I Ketut Donder, menjelaskan bahwa Bumi kita saat ini sedang tidak sehat. Munculnya virus COVID-19 dapat dipandang sebagai antibodi alam semesta untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Ia menekankan bahwa dampak Antroposen terhadap manusia menunjukkan bahwa kita hidup bersama dengan alam, bukan di atasnya. Semua yang ada di alam semesta ini memiliki hak, termasuk pohon dan bintang, yang berhak untuk tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, kita harus senantiasa menjaga keharmonisan alam semesta ini.


Selanjutnya, acara ditutup dengan sesi tanya jawab, di mana peserta diberikan kesempatan untuk berdiskusi lebih lanjut dengan para narasumber. Diskusi ini tidak hanya memperkaya wawasan peserta tentang makna Hari Raya Nyepi, tetapi juga mendorong refleksi kritis mengenai revolusi alam dan pentingnya menjaga kelestarian alam agar tetap harmonis hingga saat ini.
Penulis : Ketut Dewi Kartika
Dokumentasi : Reffy Rrizta Dianti
Penyunting : Dharmayasa