Sekolah Tinggi Agama Hindu Jawa Dwipa Klaten merayakan kehangatan Hari Raya Kuningan bertempat di Kampus Utama STAHN Japa pada Sabtu, Kliwon, wuku Kuningan (Sabtu, 05 Oktober 2024). Acara ini diorganisir oleh Badan Eksekutif Mahasiswa STAHN Japa, dengan peserta yang beragam, di antaranya seperti; pejabat struktural kampus, dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa. Persembahyangan dimulai pada pukul 10.00 WIB. Perayaan Kuningan ini diawali dengan persembahyangan Bersama lalu dilanjutkan kegiatan Dharma Wacana dan menikmati prasadam bersama.
Persembahyangan Bersama dipimpin oleh Romo Sutoyo S.Sos, selanjutnya dipandu oleh Wayan Wahyuningsih selaku pembawa acara. Ada pun susunan acara pada perayaan Kuningan di STAHN Japa 2024, seperti laporan panitia dari unsur Badan Eksekutif Mahasiswa oleh Dipa Hayu Widyaningsih, pembacaan Weda Wakya oleh mahasiswa Suci Rahayu dan Ratih Hesti Lestari sebagai penerjemah sloka. Kemudian dilanjutkan dengan pembukaan yang disampaikan oleh Ketua STAHN Japa Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M.Ag, serta Dharma Wacana yang di sampaikan oleh mahasiswa Ika Safitri.
Perayaan Kuningan merupakan rangkaian dari Hari raya Galungan dalam hari suci Umat Hindu. Memaknai leluhur dan kesadaran diri terhadap alam. Dalam sambutannya, Prof. Dr. Drs. Ida Bagus Gede Candrawan, M.Ag, mengapresiasi kinerja BEM dalam mengorganisir kegiatan, “saya mengapresiasi kinerja BEM yang bagus, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk selanjutnya dijadikan bahan perbaikan, seperti lingkungan kampus yang harus tetap bersih dari sampah dan lain lain”. Tidak hanya itu, Candrawan juga mengingatkan “Bahwa setiap insan atau umat harus eling/ingat kepada sang Hyang Widhi Wasa sebagai sang pencipta. Oleh karena itu pada pemujaan hari raya Kuningan ini kita berharap pada Sradha dan bakti kita itu harus meningkat”.
Hal senada juga disampaikan oleh Ika Safitri sebagai pe-Dharma Wacana, bahwa Kuningan mempunyai makna filosofis yang sarat akan makna. Kuningan bukan saja sebagai rutinan dari Hari suci Umat Hindu di Indonesia namun juga “sebagai ajang refleksi terkait hubungan diri dengan Tuhan, leluhur, sesama manusia dan alam. Hal ini tercermin dari ajaran Tri Hita Karana” ujarnya. Artinya perayaan Kuningan bisa dimaknai sebagai kemenangan terhadap Adharma dengan menyadari swadarma manusia dalam hubungannya dengan Tri Hita Karana.
Perayaan Kuningan diakhiri dengan Bersama- sama menyantap prasadam (makanan yang telah disucikan). Dengan makanan pokok nasi kuning dan sayur- sayuran, seluruh civitas akademika STAHN Japa duduk Bersama dalam kehangatan.
Penulis: Reffy dan Dewi
Penyunting: Dharmayasa
Fotografer: Dharmayasa
Good moment…thank you
👍👍👍